Jumat, 14 Mei 2010

penguat daya

Menghitung Konsumsi Daya Penguat Kelas B/AB


Shortcut :
Menghitung tegangan ripple catu daya
Analisa kerja penguat Kelas B/AB Komplementer
Dari mana harus memulai
Program Kalkulasi
Contoh Aplikasi

Seiring dengan semakin bertambahnya permintaan membuat trafo dari para rekan DIYer yang berniat membuat penguat daya Kelas B atau AB yang salah satunya adalah adalah Gain Clone (selanjutnya disebut GC) dari para DIYer maupun Gain Cloner, maka saya terdorong untuk membuat tulisan ini dengan tujuan agar para rekan DIYer bisa memahami bagaimana cara menghitung kapasitas dari trafo yang akan digunakan ataupun juga nilai kapasitor pada rangkaian power supply berkaitan dengan besarnya daya keluaran yang diinginkan.

Menghitung Tegangan Ripple Pencatu Daya
Sebagai awalan dari tulisan ini saya akan membahas bagaimana cara menghitung tegangan ripple atau singkatnya kemudian akan saya tulis sebagai Vr. Untuk memahami tujuan dari tulisan ini cobalah anda lihat Gambar 1 di bawah, yaitu sebuah gambar rangkain penyearah gelombang penuh yang mendrive sebuah beban resistor R.

Gambar 1,
Rangkaian penyearah gelombang penuh mendrive beban R dengan kapasitor C

Untuk memahami bagaimana pola tegangan listrik sebagagi fungsi waktu pada rangkain di atas bisa anda lihat gambar 2 di bawah ini.



Gambar 2,
Bentuk gelombang listrik fungsi waktu dari sebuah penyearah gelombang penuh dengan beban RL


Pola tegangan listrik seperti pada gambar 2 di atas tentunya hanya bisa dilihat dengan osiloskop, dan jika menggunakan multimeter yang akan terukur adalah Vdcmin.

* Menghitung tegangan ripple Vr dari sebuah catu daya

Tegangan ripple dapat diperoleh dengan menggunakan formula sbb :

Vr = 0.5 x I x T / C.............................................Persamaan 1

Dimana :
Vr = tegangan ripple dalam volt
I = arus dalam ampere
T = periode dalam detik, untuk Indonesia dengan F_PLN = 50Hz, maka T = 20 mS/0.02 S
C = nilai kapasitor penyearah dalam farad

Untuk memahami pemakaian formula tsb, kita akan coba membahas sebuah contoh berikut

Sebuah rangkaian catu daya memiliki, tegangan sekunder trafo Vac =15V, menyerahkan tegangan dengan diode bridge dan kapasitor
C= 1000uF, diberi beban RL = 1 kohm
Berapakah nilai tegangan keluaran yang terukur Vdcmin dan juga tegangan ripplenya Vr
Jawab :

Tegangan dari trafo akan dikonversikan oleh diode bridge dan juga kapasitor menjadi tegangan searah dengan nilai

Vdcmax = Vac x 1.4142 - 1.2V (----> 1.2V adalah tegangan drop pada diode bridge)
= 15 x 1.4142 - 1.2
= 20.013 volt

Tegangan ini akan mengalirkan arus IL sebesar : IL = Vdcmax / RL
= 20.013V / 1kohm
= 20.013 mA

Nilai tegangan ripple Vr = (0.5 x IL x T)/ C
= (0.5 x 0.021213A x 0.02 )/ 0.001 F
= 0.213 V

Nilai Vdc min = Vdcmax - Vr
= 20.013 V - 0.2013 V
= 19.8117 V

Dalam aplikasi yang sesungguhnya nilai yang akan didapat bisa jadi akan lebih kecil dari hasil perhitungan tsb, karena perhitungan tsb dilakukan dengan menganggap bahwa trafo yang digunakan adalah ideal dengan load regulation = 0%

Jika ada memesan trafo dari saya, anda tidak perlu lagi memperhitungkan load regulation karena trafo saya sudah dibuat dengan memperhitungkan drop tegangan ketika bekerja pada beban penuh.

Analisa kerja penguat daya Kelas B/AB
Sekarang kita akan masuk ke dalam topik utama kita yaitu menghitung konsumsi daya penguat Kelas B dengan output transistor komplementer ataupun Quasy Complementer seperti pada IC LM3886 dan keluarganya, dan metoda yang saya uraikan pada tulisan ini tentunya juga bisa digunakan sebagai pendekatan untuk mengkalkulasi konsumsi daya penguat B atau AB.

Dalam sebuah penguat Kelas B Komplementer, ketika tidak ada sinyal yang masuk pada input amplifier maka tegangan keluaran pada output akan berada pada nilai nol terhadap ground. Ketika amplifier ini diberi sinyal maka tegangan output akan bergerak naik menuju Vpos, nilai maksimum atau Vpeak nya adalah pada suatu nilai tertentu yang mendekati Vpos, selanjutnya setelah mencapai Vpeak(+) maka sinyal akan turun mendekati tegangan negatif Vneg sampai pada sebuah nilai yang kita sebut Vpeak(-).
Begitulah seterusnya hal ini akan terjadi. Untuk membantu memahami penjelasan ini, anda bisa lihat gambar3 di bawah ini


Gambar 3

Selisih antara Vpos dan Vpeak(+) maupun juga selisih antara Vneg dan Vpeak(-) setelah dikurangi tegangan ripple Vr adalah tegangan saturasi positif dan negatif atau kita sebut Vsat(+) dan Vsat(-) dalam realitanya Vsat(+) dengan Vsat(-) ini bisa sama ataupun berbeda, akan tetapi dalam perhitungan kalkulasi daya harus dianggap sama dan mengacu pada nilai Vsat yang lebih besar. Pada data sheet LM3886 nilai Vsat ini disebut sebagai output drop Voltage dan besarnya adalah 3V.

Darimana harus memulai

Langkah2 yang harus dilakukan sebelum melakukan perhitungan daya adalah kita harus menentukan kondisi sbb :
1. Berapa watt daya yang diinginkan (Po)
2. Berapa ohm impedansi speaker yang akan terhubung pada penguat ini (RL)
3. Berapa besar Vsat, dengan melihat data sheet atau mengukur sendiri
4. Berapa besar Nilai kapasitor C pada power supply yang ingin digunakan
5. Berapa besar nilai arus bias.

Tentunya juga daya maksimum yang ingin dikeluarakan tidak boleh melebihi batas kemampuan dari amplfier yang bersangkutan, dalam kasus LM3886 daya keluaran maksimumnya adalah 68 watt pada impedansi speaker 4 ohm.


Langkah-langkah Perhitungan kebutuhan daya
1. Menghitung Tegangan keluaran RMS (Kita sebut Vo_RMS)

Setelah kita menemukan daya keluaran yang diinginkan ( disebut Po) dan juga impedansi speaker (disebut RL), kita bisa menghitung daya keluaran RMS dari penguat dengan formula sbb

Vo_RMS = akar ( Po x RL)....................................Persamaan 2

2. Menghitung Vpeak

Setelah V_RMS didapat kita harus menghitung Vpeak dengan bantuan formula berikut :

Vpeak = Vo_RMS x 1.4142...................................Persamaan 3


3. Menghitung Arus Beban IL
Untuk menghituang arus beban IL bisa kita gunakan formula pada persamaan 4 berikut ini :

IL = akar (Po / RL)..................................................Persamaan 4

Arus IL ini adalah arus yang harus disediakan oleh trafo daya, jika penguat anda bekerja dalam Kelas AB maka nilai IL ini harus ditambah dengan arus bias pada operasi Kelas AB yang bersangkutan.


4. Menghitung tegangan ripple Vr
Vr bisa kita kalkulasi dengan menggunakan persamaan 1 dengan memakai nilai arus beban yang kita dapat dari langkah 3 di atas dan
dengan nilai kapasitor C yang sudah kita tentukan sebelumnya

Formulanya adalah sbb : Vr = (0.5 x IL x 0.02) /(C)

Dimana IL dalam ampere dan C dalam mikrofarad


5. Menghitung tegangan power supply yang diperlukan
Besarnya tegangan power supply yang diperlukan adalah penjumlahan dari Vpeak, Vsat dan Vr ditambah dengan nilai tegangan 1.2V sebagai tegangan drop di penyearah gelombang penuh.

Vsupply = Vpeak + Vsat + Vripple + 1.2V......................Persamaan 6


6. Menghitung Tegangan Trafo yang diperlukan

Tegangan Trafo yang diperlukan adalah Vsupply dibagi dengan 1.4142, dengan rumus dapat ditulis sbb :

Vac1 = Vac2 = Vsupply / 1.4142...................................Persamaan 7

Setelah melewati 6 langkah di atas maka anda sudah bisa mengetahui kapasitas trafo yang anda perlukan yaitu sebuah trafo dengan sekunder Vac-0-Vac dengan rating arus sama dengan IL.
Jika anda ingin menggunakan Speaker Protector atau preamp dalam satu casing dengan amplifier ini anda tidak menambahkan gulungan sekunder lain untuk keperluan ini



Program Kalkulasi

Untuk memudahkan anda melakukan perhitungan di atas saya telah menyiapkan untuk anda sebuah program sederhana dalam format xls,
silahkan click di sini :
http://www.sap.or.id/Kalkulasi_Daya_Penguat_Kelas_B_AB.xls


Semoga tulisan ini bisa membantu anda untuk menghitung dengan cepat dan akurat akan kebutuhan daya sebuah penguat Kelas B/AB sehingga bisa menentukan trafo yang cocok dengan kebutuhan anda.



Contoh Aplikasi
Berikut saya akan memberikan sebuah contoh aplikasi untuk agar anda bisa memahami lebih jelas pemakaian metode perhitungan yang telah saya uraikan di atas.

Seorang Gain Cloner hendak membuat power amplifier menggunakan LM3886, daya keluaran yang diinginkan adalah 50 watt dengan speaker berimpedansi 8 ohm, elco catu daya yang ingin digunakan adalah 10000uF, dan tegangan saturasi Vsat adalah 3V.
Berapakah rating trafo yang harus disediakan

* Langkah 1 , Menghitung tegangan keluaran RMS

Vo_RMS = akar(Po x RL)
= akar(50watt x 8 ohm)
= 20 Vrms

* Langkah 2, Menghitung Vo_peak

Vo_peak = VoRMS x 1.4142
= 20 Vrms x 1.4142
= 28.284 Vpeak

* Langkah 3, Menghitung Arus beban IL

IL = akar (Po / RL)
= akar (50watt/8ohm)
= 2.5 A
Berdasarkan informasi di data sheet LM3886, arus bias nya (Total Quiescent Power Supply Current) adalah 85 mA
Sehingga arus yang harus disediakan oleh trafo adalah 2.5A + 85mA = 2.585 A

* Langkah 4, Menghitung Tegangan ripple

Vr = (0.5 xILx 0.02)/(C)
= (0.5 x IL x 0.02)/( 0.01) ------> 10000uF = 0.01 F
= 2.585V

* Langkah 5, Menghitung Tegangan power supply yang diperlukan

Vsupply = Vpeak + Vsat + Vripple + 1.2V
= 28.284V + 3V + 2.585V + 1.2V
= 35.069 V

* Langkah 6, Menghitung tegangan trafo yang diperlukan

Vac1 = Vac2 = Vsupply/1.4142
= 35.069/1.4142
= 24.8V

Dari perhitungan di atas maka trafo yang diperlukan adalah trafo dengan sekunder 24.8V-0-24.8V dengan rating arus 2.585A
Seperti pada gambar 4 di bawah ini

Gambar 4
Hasil perhitungan contoh aplikasi

Dalam menyediakan trafo tentunya ada tidak perlu memesan dengan trafo dengan nilai persis seperti di atas tapi bisa dilakukan pendekatan sehingga trafo yang disediakan bisa menjadi 25V-0-25V, 2.6A.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa hasil perhitungan ini adalah untuk satu kanal amplifier atau mono, jika penguat yang hendak anda buat adalah stereo tentunya anda harus menyediakan trafo yang rating arusnya adalah dua kali hasil perhitungan di atas namun dengan tegangan yang sama, atau bisa juga menyediakan dua buah trafo terpisah untuk masing2 kanal.

Semoga tulisan ini bisa membantu anda untuk menghitung dengan cepat dan akurat akan kebutuhan daya sebuah penguat Kelas B/AB sehingga bisa menentukan trafo yang cocok dengan kebutuhan anda.
asifikasikan menurut titik kerjanya. Titik kerja (titik Q) yaitu titik pada garis beban yang menggambarkan keadaan transistor saat tidak ada sinyal masukan. Menurut titik kerjanya penguat diklasifikasikan menjadi penguat klas A, B, AB, C ,D dan masih banyak lagi.

- Penguat klas A
• Mempunyai sinyal keluaran yang paling bagus diantara penguat jenis yang lain.
• Mempunyai sinyal keluaran yang paling bagus diantara penguat jenis yang lain.
• Efisiensinya paling rendah, karena banyaknya daya yang terbuang di transistor.

- Penguat klas B
Penguat dengan letak titik Q di titik cut off garis beban. Kelemahannya yaitu adanya cacat penyeberangan (crossover distortion) yang terjadi karena adanya tegangan bias pada dioda basis emitor. Sehingga saat sinyal masukan belum bernilai sebesar tegangan on dari dioda basis emitor maka tidak akan ada sinyal keluaran. Karena letak titik Q penguat kelas B di titik cut-off maka untuk satu transistor hanya bisa menguatkan setengah siklus dari sinyal masukan. Sehingga untuk penguat kelas B digunakan konfigurasi Push-pull dimana dua transistor akan bergantian bekerja menguatkan masing-masing setengah siklus sinyal masukan.

- Penguat klas AB
Merupakan perbaikan dari penguat klas B. Cacat penyeberangan bisa dihilangkan dengan menambahkan prategangan pada dioda basis emitor. Dengan demikian transistor output sudah aktif saat belum ada sinyal masukan. Tentu saja titik kerja penguat menjadi berubah karena transistor tidak lagi berada pada keadaan cut off. Karena itulah disebut penguat klas AB. Penguat audio yang banyak ada di pasaran pada umumnya adalah penguat klas AB. Untuk memberi prategangan pada basis emitor tidak harus dengan dioda bisa juga dengan resistor atau transistor asalkan bisa memberi tegangan untuk mengaktifkan dioda di basis emitor.

penguat daya

PENGUAT DAYA


5.1 Dasar Teori

Istilah penguatan pada dasarnya berarti membuat menjadi lebih kuat. Dalam bidang elektronika maka yang diperkuat adalah amplitudo dari sinyal. Untuk mengerti bagaimana penguat bekerja perlu dimengerti dua tipe penguatan yang utama yaitu :
1. Penguat tegangan yaitu penguat yang menguatkan tegangan dari sinyal masukan.
2. Penguat arus yaitu penguat yang menguatkan arus dari sinyal masukan.
Sedangkan penguat daya yaitu kombinasi dari dua tipe penguat di atas. Meskipun pada kenyataannya semua penguat adalah penguat daya karena tegangan tidak akan ada tanpa adanya daya kecuali jika impedansinya tak terhingga.
Efisiensi dari penguat daya didefinisikan sebagai perbandingan dari daya yang diterima beban dengan daya yang diberikan oleh catu daya.

Macam macam Penguat Daya

Penguat daya diklasifikasikan menurut titik kerjanya. Titik kerja (titik Q) yaitu titik pada garis beban yang menggambarkan keadaan transistor saat tidak ada sinyal masukan. Menurut titik kerjanya penguat diklasifikasikan menjadi penguat klas A, B, AB, C ,D dan masih banyak lagi.

- Penguat klas A
o Penguat dengan letak titik Q di tengah-tengah garis beban.
o Mempunyai sinyal keluaran yang paling bagus diantara penguat jenis yang lain.



o Mempunyai sinyal keluaran yang paling bagus diantara penguat jenis yang lain.
o Efisiensinya paling rendah, karena banyaknya daya yang terbuang di transistor.

Disipasi daya tertinggi terjadi saat tidak ada sinyal masukan. Besarnya disipasi daya pada transistor dirumuskan :

Daya keluaran maksimum dapat dicari dari persamaan :

sehingga

- Penguat klas B
Penguat dengan letak titik Q di titik cut off garis beban. Kelemahannya yaitu adanya cacat penyeberangan (crossover distortion) yang terjadi karena adanya tegangan bias pada dioda basis emitor. Sehingga saat sinyal masukan belum bernilai sebesar tegangan on dari dioda basis emitor maka tidak akan ada sinyal keluaran. Karena letak titik Q penguat kelas B di titik cut-off maka untuk satu transistor hanya bisa menguatkan setengah siklus dari sinyal masukan. Sehingga untuk penguat kelas B digunakan konfigurasi Push-pull dimana dua transistor akan bergantian bekerja menguatkan masing-masing setengah siklus sinyal masukan.

- Penguat klas AB
Merupakan perbaikan dari penguat klas B. Cacat penyeberangan bisa dihilangkan dengan menambahkan prategangan pada dioda basis emitor. Dengan demikian transistor output sudah aktif saat belum ada sinyal masukan. Tentu saja titik kerja penguat menjadi berubah karena transistor tidak lagi berada pada keadaan cut off. Karena itulah disebut penguat klas AB. Penguat audio yang banyak ada di pasaran pada umumnya adalah penguat klas AB. Untuk memberi prategangan pada basis emitor tidak harus dengan dioda bisa juga dengan resistor atau transistor asalkan bisa memberi tegangan untuk mengaktifkan dioda di basis emitor.


5.2 Percobaan Penguat Daya

Percobaan bab V terdiri dari dua percobaan yaitu penguat klas A dan penguat klas B yang kemudian dimodifikasi menjadi penguat klas AB.

Percobaan Penguat klas A.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui letak titik kerja penguat klas A dan efeknya bila titik kerjanya tidak pada tengah garis beban.

Langkah pertama yaitu mengukur besarnya Ic dan Vce masing masing transistor saat tidak ada sinyal masukan.



Setelah itu lepas amperemeter dan beri sinyal masukan rangkaian penguat. Lihat gambar sinyal masukan dan keluaran di osiloskop.

Dari gambar terlihat kalau sinyal keluaran sefasa dengan sinyal masukan dan terpotong.



Terpotongnya linyal disebabkan oleh letak titik kerja penguat tingkat kedua yang tidak berada di tengah garis beban, terlihat dari hasil pengukuran Vce dan Ic sebelumnya.

Untuk membetulkan titik kerja maka digunakan resistor variabel sebagai pengganti salah satu resistor bias pembagi tegangan pada penguat tingkat kedua.

Resistor variabel diset sampai memperoleh tegangan keluaran yang tidak terpotong. Kemudian alat dimatikan dan diukur berapa nilai resistor variabel tersebut.



Kemudian hasil pengukuran dibandingkan dengan hitungan secara teori.


Penguat klas B dan AB
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kelemahan dari penguat klas B murni dan cara mengatasinya.

Penguat klas B yang dipraktekkan disini menggunakan konfigurasi push pull dengan catu tunggal. Namun untuk penguat sinyal kecilnya digunakan penguat dengan konfigurasi Common Emitor.

Langkah pertama percobaan yaitu mengeset tegangan bias untuk masing masing transistor. Hal ini dilakukan dengan mengeset resistor variabel yang akan meletakkan tegangan di output penguat adalah � Vcc. Dan jangan lupa untuk mengukur arus yang ditarik dari catu daya sebelum penguat diberi sinyal masukan.




Kemudian beri masukan sinyal segitiga dan terlihat pada output kalau sinyal keluaran terdapat cacat penyeberangan (crossover distortion).



Untuk mengatasi cacat penyeberangan ini digunakan dua dioda untuk membias transistor push pull. Maka sinyal keluaran akan tidak lagi terdistorsi.




Dalam keadaan tanpa sinyal masukan ukurlah arus dari catu, maka akan terlihat bahwa rangkaian menarik arus lebih banyak.